Spiritualitas Yang Terdapat Pada Agama Kristen – Harapan dari seorang hamba Kristus ialah sebuah kesempurnaan pelaksanaan pelayanan. Sekalipun tiap hamba Kristus ialah sekaligus manusia yang penuh dengan kelemahan tetapi di pihak lain tuntutan tentang kesempurnaan tetap dilekatkan. Kondisi tersebut mengharuskan setiap pelayan untuk terus ada dalam pergumulan.
Lalu, apa itu spiritualitas yang sejati? Spiritualitas yang sejati lahir dari hati yang sudah diperbaharui oleh Allah! “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23). slot indonesia
Usaha untuk mengubah hati ialah dengan cara mengolah pikiran, perasaan, dan tubuh. Berbagai upaya yang sering dilakukan oleh beberapa golongan yakni mereka mengolah pikirannya dengan menghafal ayat-ayat dari kitab, dan melakukan pengosongan pikiran. Ada pula yang mengolah tubuhnya dengan berpuasa. https://www.americannamedaycalendar.com/
Ada yang meninggalkan kehidupan dunia lalu memilih untuk menyendiri atau menyepi. Tetapi bukan itu upaya membangun spiritualitas yang sejati. Manusia telah tercemar oleh dosa. Masalah utama dan terbesar bagi pengembangan spiritualitas sejati adalah hati manusia yang sudah tercemar oleh dosa.
Karena itu, sia-sialah melatih pikiran dan perasaan positif, melatih tubuh dan mencari lingkungan sosial yang baik, jika hati sudah rusak oleh dosa, sekalipun tindakan beragama manusia sudah begitu baik. “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, dan tidak ada seorang pun yang mencari Allah.
Semuanya orang sudah menyeleweng, mereka semua tak berguna, tak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Roma 3:10-12). Semua itu disebabkan “Yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya.” (Kej 8:21).

Apa solusinya? Apakah ada jalan keluar bagi hati yang telah tercemar oleh dosa ini? Jawaban atas pertanyaan inilah yang membedakan spiritualitas Kristen dengan spiritualitas yang lain nya.
Kalau spiritualitas yang lain lebih mengandalkan usaha manusia, tetapi spiritualitas Kristen hanya bergantung kepada Allah. Allah akan memberikan mereka hati yang baru yang melahirkan spiritualitas yang sejati dan spiritualitas yang sejati akan menghasilkan tindakan beragama yang sejati.
Apa Itu Spiritualitas Kristen?
Spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus artinya ‘roh, jiwa atau semangat.’ Dalam bahasa Ibrani ruach dan bahasa Yunani pneuma yang berarti ‘angin atau nafas.’ Jadi spiritualitas dapat diartikan sebagai ‘semangat yang menggerakkan sesuatu.’
Alkitab mencatat perbandingan orang dengan spiritulitas dan yang tidak. Dalam Surat 1 Korintus, digunakan kata pneumatikos untuk menegur golongan tertentu di dalam Jemaat Korintus yang menganggap diri mereka ‘spiritual atau rohani’. Mereka merasa mempunyai karunia-karunia istimewa, yaitu karunia nubuat dan bahasa roh.
Namun walaupun hidup dipenuhi karunia-karunia tetapi mereka masih hidup di dalam pertengkaran, percabulan, penyembahan berhala, ajaran sesat dan semacamnya. Paulus menyebutkan mereka sebagai manusia duniawi yang tak bisa menerima hal-hal spiritual yang berasal dari Roh Allah
Sementara manusia duniawi ialah manusia psukhikos “bersifat jiwa, alamiah” (1Kor. 2:13-15; 15:44-46); dan sarkikos “bersifat daging” (1Kor. 3:1; 9:11-13). Manusia duniawi hidup tanpa Roh Allah dan oleh sebab itu mereka tidak bisa mengerti hal-hal yang spiritual.
Sebaliknya manusia spiritual ialah manusia yang dapat menilai segala sesuatu karena hidupnya dipimpin oleh Roh Allah dan memiliki pikiran Yesus Kristus. (1Kor. 2:15-16)
Kehidupan spiritualitas orang-orang percaya didasari oleh iman yang tertuju pada Yesus Kristus. Dengan percaya dan beriman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat yang telah menebus dosa-dosa dunia dan yang telah bangkit, maka mereka menerima karunia Roh, yaitu Roh Kudus tinggal di dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan karunia Roh yang diterima dan juga tinggal di dalam hidup orang-orang percaya, maka kehidupan mereka yang lama diperbarui.
Mereka memiliki hidup yang baru yang berada di dalam kasih Allah.
Dengan demikian maka kehidupan spiritualitas Kristen merupakan kasih karunia dan anugerah Allah semata-mata. Kehidupan spiritualitas ada karena kasih karunia dan anugerah Allah yang mengerjakan dan mengaruniakan keselamatan bagi orang-orang percaya melalui karya penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa munculnya kehidupan spiritualitas di dalam diri orang-orang percaya inisiatifnya datang dari Allah.
Memiliki kehidupan spiritualitas sejati berarti memiliki kesadaran spiritualitas yang peka dan jernih terhadap realitas kehadiran Allah, baik di dalam kehidupan pribadi sebagai orang percaya maupun di dalam kehidupan bersama dengan orang lain.
Di wilayah-wilayah kehidupan apa pun misalnya kehidupan emosional pribadi, sosial, ekonomi, moral, seksual, profesi, hubungan dengan sesama dan semacamnya tidak dibiarkan lepas dari kesadaran spiritualitas tersebut.
Hal terdapat didasari pada pengakuan yang sepenuhnya bahwa tidak ada satupun bagian kehidupan orang-orang percaya yang boleh terpisah dari kehadiran Allah. Akibatnya kehidupan yang dijalani oleh orang percaya ialah kehidupan yang kudus dan benar.
Hidupnya mengalami proses dituntun dan diajar oleh Roh Kudus untuk mengenal dan juga mendalami kebenaran Kristus sebagaimana dinyatakan oleh Alkitab.

Spiritualitas Kristen dan Beragama Kristen
Beragama ditunjukkan dalam bentuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan, tetapi spiritualitas lebih berbicara tentang semangat apa yang menggerakkan seseorang melakukan upacara keagamaan.
Beragama berbicara mengenai apa yang tampak di luar, tetapi spiritualitas berbicara tentang apa yang terjadi di dalam. Spiritualitas yang sejati akan melahirkan tindakan keagamaan yang sejati. Tapi spiritualitas yang palsu akan menghasilkan tindakan keagamaan yang semu.
Itulah sebabnya ada orang yang kelihatan keagamaannya begitu baik yakni rajin beribadah, rajin membaca firman Tuhan, rajin melayani, tekun berdoa dan bahkan fasih berkhotbah, tetapi sekaligus hidup di dalam berbagai dosa dan kejahatan.
Hal itu kemungkinan besar karena ia memiliki spiritualitas yang palsu. Tuhan Yesus sangat mengecam orang-orang yang demikian, karena biasanya mereka hidup di dalam kemunafikan. Berulang kali Yesus mengecam kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat.
Allah pun membenci segala perayaan keagamaan orang-orang Israel karena mereka memperkaya dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang-orang miskin: “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Sungguh, bila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar” (Amos 5:21-23).
Seorang pelayan Tuhan dapat kelihatan baik di gereja dan masyarakat, tetapi di dalam keluarganya ia tampak begitu jahat. Ini tanda spiritualitas palsu.